Selasa, 09 Juni 2009

Gurihnya Bisnis SMS Interaktif

Penulis: Herning Banirestu


Demam SMS semakin merasuk acara-acara di TV. Setelah Akademi Fantasi Indosiar (AFI) menuai sukses, acara-acara lain pun mencoba jurus serupa dengan menggunakan short number berharga premium. Antara lain: AFI Junior, Indonesian Idol di RCTI, Kontes Dangdut Indonesia (KDI) di TPI, Kuis Campur-Campur, Kuis Kocok-kocok, hingga berbagai kuis di media cetak dan radio. Keuntungannya memang lumayan. Saat grand final konser AFI, misalnya, 1,2 juta SMS mengalir senilai tak kurang Rp 4 miliar. Tak heran, ada 107 penyedia konten (content provider) yang mendukung layanan SMS premium itu.


Contohnya Visitel dari PT Indika Telemedia. “Tiap minggu kami mengerjakan 20 hingga 30 program,” ungkap Eka Veronica, Kepala Grup SBU PT Indika Telemedia. Sebenarnya, interaktif via SMS dilakukan Visitel sejak dua tahun lalu. “World Cup 2002 di RCTI dengan tarif Rp 1.000 per SMS adalah acara televisi pertama yang kami dukung,” ujarnya. Sejak itu, Eka menjajaki bisnis SMS secara lintas operator. Bahkan, kerja sama meluas tak hanya dengan televisi swasta berskala nasional, tapi juga stasiun televisi lokal seperti TV Manado dan TV Bali. Acara yang didukung terutama kuis dan pooling. “Justru saat ini kuis dan pooling yang banyak menggunakannya,” kata Eka.

Memang, hampir semua operator sudah bekerja sama dengan Visitel, termasuk Lipotelkom di Surabaya dan operator CDMA (Esia, Mobile 8), dengan dua short number yang digunakan yaitu 3949 (tarif Rp 1.000/SMS) dan 3977 (tarif Rp 2.000/SMS). Acara yang menggunakan nomor 3977 antara lain Model IndonesiaKuis Campur-Campur di ANTV, Kuis Kocok-Kocok di SCTV, kuis di Tabloid Bola dan Kuis Siapa Berani (Indosiar). Pengguna nomor 3949 antara lain poolingGenerasi Biang (Genbi) Extra Joss, Kuis Euro (saat Piala Eropa) dan kuis di Kompas.

Memang, nomor yang sama bisa digunakan untuk beberapa acara. Untuk membedakan, digunakan header yang berbeda. Header adalah kata pertama yang diketik sebelum jawaban kuis atau nama pooling yang dipilih. Seperti AFI untuk Akademi Fantasi Indonesia, Junior untuk AFI Junior, KSB untuk Kuis Siapa Beran dan Model untuk Model Indonesia. Dan, banyak-sedikitnya SMS yang masuk tergantung program acaranya. Ada acara yang membatasi SMS yang masuk. Pooling calon presiden, misalnya, membatasi satu nomor untuk satu suara, sedangkan Indonesian Idol membatasi waktu SMS hanya pukul 20.00-22.00 pada saat konser spektakuler digelar.

Pilihan tarif SMS tergantung kebutuhan pemilik program. Bila hadiahnya besar, promosinya gencar dan pemilik program memperkirakan banyak peminat, mungkin tarifnya dipilih Rp 1.000. Ada juga yang memilih tarif Rp 2.000 karena programnya agak eksklusif dan berhadiah besar sehingga layak bila pemirsa ditarik lebih tarif tinggi.

Besarnya peminat (media elektronik ataupun cetak) mendorong Visitel fokus di bisnis ini. Untuk pengembangannya, ditempuh dua cara. Pertama, aktif menawarkan interaksi yang dimiliki Visitel lalu dicocokkan dengan program yang dimiliki media pemilik program. Kedua, media memiliki program yang membutuhkan dukungan SMS interaktif, lalu datang ke penyedia konten.

Kerja sama terjadi antara tiga pihak, yaitu media pemilik program, penyedia konten dan operator seluler. Namun, perjanjian antarmereka dilakukan terpisah. “Media pemilik program hanya berurusan dengan Visitel, tidak berhubungan dengan operator selulernya,” ujar Eka. Sementara itu, kerja sama dengan operator seluler sebagai penyedia jalur SMS atau short number-nya dilakukan oleh penyedia konten, yang kemudian menjelaskan kepada media pemilik program secara detail informasi kuis yang akan dimunculkan dan bagaimana menginformasikannya agar mengena. Setelah itu, program diinformasikan kepada operator seluler oleh penyedia konten. Barulah operator seluler mempersiapkan jalur dan short number-nya.

Perjanjian kerja sama antara operator seluler dengan penyedia konten dilakukan di awal kerja. Isinya mencakup revenue sharing dan pembagian kerja selama setahun. “Repot nantinya kalau per program acara,” ujar ibu satu putra ini. Namun Eka tidak bersedia menjelaskan bagaimana pembagian keuntungan antara media dan operator seluler. Secara garis besar, untuk setiap SMS yang masuk dikurangi basic access yang berbeda nilainya, untuk prabayar Rp 350/SMS dan Rp 250/SMS untuk pascabayar. Sisanya baru dibagi berdasarkan persentase pembagian keuntungan seperti tertulis dalam perjanjian awal tadi. “Maaf saya tidak bisa ungkap berapa persentasenya, nanti ketahuan berapa keuntungannya,” ujar Eka mengelak sambil tertawa.

Sebagai operator seluler, “Kami hanya mengatur agar SMS dari pelanggan sampai ke content provider, dan jawaban balasan SMS dari content provider

Terbatasnya short number membuat operator seluler mengatur batasan minimum SMS yang harus masuk. “Minimal 300 ribu SMS per bulan untuk bisa membuka nomor khusus, tapi bisa dinegosiasi,” ujar Erik. Ini karena besarnya upaya yang harus dilakukan seperti membuka nomor baru, melakukan roating

dan AFI di Indosiar, kembali ke pelanggan. Dan melakukan penagihan ke konsumen atas SMS yang dikirim,” papar Erik Meijer, VP Pemasaran Telkomsel. ke seluruh Indonesia, mengatur penarikannya, membangun sistem untuk mengatur lalu lintas, proses pembayaran, administrasi SMS, dan sebagainya.

Tren & Analisis

SWA 17/XX/ 19 Agustus 2004

Halaman: 16


Tidak ada komentar:

Posting Komentar